Pagaralam, seiring perkembangan zaman dewasa ini, adat besemah baik itu kesenian trandisionalnya ,dan cerita adatnya, seakan nyaris punah di telan waktu yang terus berganti.
Untuk itulah, sebagai upayah melestarikan adat maupun istiadat tersebut jangan sampai memudar,lembaga adat besemah berpatisipasi meramaikan stan event tahunan, Besema Expo V111 tahun ini.
Ketua lembaga adat besemah H.Amran di dampingi sekretaris Satarudin Tjik olah mengaku, adat besemah di Kota Pagaralam saat ini, sudah ada yang memudar di telan perkembangan zaman kendati demikian, sebagai wujud pelestariannya maka di bentuklah lembaga adat pada 2003 lalu,dan sebagai adat yang hilang, kini di angkat lagi ke permukaan.
Dengan di bentuknya lembaga adat besemah sejak 2003 lalu, lambat laun sebagian adat yang mulai memudar, kini di lestarikan lagi,ujar H.Amran di temu I di stand lembaga adat besemah, kemarin melihat kondisi tersebut, sebenarnya pihaknya perhatian dan khawatiran adat besemah ini nantinya memudar.
Untuk itu, atas kesepakatan dan ide bersama, dibentuklah lembaga adat ini sebagai harapan jangan sampai adat tersebut hilang ditelan zaman.
Kondisi nyata sebagai adat asli besemah memang ada yang memudar, dan tidak dipergunakan lagi seperti dalam acara ritual tertentu ataupun pernikahan oleh masyarakat asli kota pagaralam, ucapnya. Dimana adat yang kian memudar tersebut, seperti tarian kepala kerbau yang dulunya kerap ditampilkan dalam prosesi pernikahan, dan juga ritual sebelum pemotongan kerbau pada saat pernikahan. Selain itu, ada juga ritual membuka lading atau sawah yang saat ini bisa dikatakan tidak lagi dilakukan. Ada juga ritual makan padi empai, ritual yang dimaksudkan menikmati panen padi pertama yang mengundang tetangga dekat atau warga disekitar lahan sawah atau lading, ritual tersebut saat ini juga jarang sekali dilakukan masyarakat, tarian kepala kerbau misalnya, saat ini sangat jarang diikutkan dalam prosesi pernikahan.
Tarian tersebut ditampilkan sewaktu resepsi penikahan anak walikota pagaralam, ucapnya selain itu masih banyak adat besemah lainnya. Diantaranya aturan dalam tata keramah, sopan santun, dan turur kata kepada orang tua, juga termasuk syarat prosesi penikahan yang sebagian telah ditinggalkan. Belum lagi, aksara besemah ulu tidak banyak yang mengenalnya, benda – benda kesenian asli besemah seperti tenung, redam, gong, serdam, girng-giring (mirip angklung), genggung (alat tiup), dan dekot.
Untuk itu perlunya dijaga kelestarian adat asli besemah. Dengan harapan nantinya dapat terus dilestarikan ke anak cucu. Selain itu upaya yang dilakukan dengan menampilkan buku kumpulan adat besemah pada cetakan ke empat dan telah mengikuti sebanyak 300 eksemplar. Saat ini juga tersisah beberapa buku saja, ujarnya. Oleh karena itu, bagi para pengunjung besemah ekspo tahun ini beberapa adat besemah bisa di cari informasinya dengan mengunjung stand lembaga adat besemah. Disini beragam kumpulan buku adat besemah bisa didapat termasuk penjelasan hurup kuno besemah dan alat kenenian juga ditampilkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar